Jakarta Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin menjelaskan esensi puasa tidak hanya menahan diri dari lapar dan haus. Tetapi juga melatih pengendalian diri, kejujuran, dan solidaritas sosial yang
Puasa Hakikat dan Maknanya. PUASA adalah ibadah yang 'aneh'. Ia berbeda dari ibadah-ibadah lainnya. Kalau dikatakan itu adalah sebuah bentuk amal, mungkin tidak sepenuhnya pas juga. Sebab, alih-alih aktif ber-'ibadah', atau ber-'amal' puasa, namun dalam menjalaninya, kita justru tidak melakukan apa-apa. Bukannya melakukan sesuatu, kita
Sebaliknya puasa yang kualitasnya sekedar menahan lapar dan haus, ia tidak bernilai apa-apa di sisiNya. Persis seperti sabda Nabi: رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ. Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar. (HR.
Fast Money. Di tengah pandemi Covid-19, umat muslim di seluruh dunia masih saja semangat menjalankan kewajiban puasa tahun ini. Suasana dan aturan baru dari pemerintah tidak menyurutkan antusias mereka untuk menyelesaikan puasa selama 30 hari. Seperti yang sudah diketahui, puasa bukan sekedar bagian dari rukun islam yang harus dijalankan. Melainkan, satu ibadah yang dipercaya mampu mendekatkan diri hamba kepada Tuhannya. Selain itu, dari segi kesehatan puasa mempunyai manfaat seabrek yang baik untuk tubuh. Meskipun begitu, bukan berarti puasa dapat dilaksanakan dengan mudah. Pasalnya, Anda akan diminta untuk menghindari berbagai hal yang membatalkan puasa. Nah, keadaan ini yang secara tidak langsung mengharuskan Anda untuk mengetahui cara menahan lapar saat puasa. Pada dasarnya, inti dari puasa bukan sekedar menahan rasa lapar. Pasalnya, umat muslim percaya bahwa puasa memiliki makna yang lebih tinggi dari menahan haus dan lapar. Tidak aneh jika kemudian, puasa dijadikan ajang untuk melatih diri menjaga diri dari berbagai hawa nafsu. Hal tersebut kemudian, membawa manusia khususnya orang Islam untuk meramaikan Bulan Ramadhan dengan aktivitas bermanfaat. Misalnya saja, sholat tarawih, tadarus al quran, sampai dengan amalan-amalan lain yang dipercaya mampu memaksimalkan bulan suci tersebut. Berhubung hukum berpuasa untuk orang islam wajib, para orang tua sering mengajarkan ritual ini sejak dini. Orang tua tidak segan melatih si kecil untuk berpuasa setengah hari. Setelah usianya bertambah, jam puasa ditambah hingga dia mampu menjalannya seharian. Basicnya, cara menahan rasa lapar saat puasa bukan hal yang mudah dilakukan. Apalagi bagi Anda yang baru pertama menjalankan ibadah tersebut. Baca Juga Tips Agar Puasa Tidak Pusing dan Cara Mengatasinya Kebanyakan orang mengatakan, bahwa puasa menjadi ibadah cukup berat karena secara bersamaan Anda yang sudah bekerja harus tetap berpuasa dan semangat kerja. Kenyataan itu menjadi cobaan yang harus dikalahkan, sebab puasa menjadi salah satu ibaadah wajib yang tidak boleh ditinggalkan. Walaupun tidak mudah, puasa akan berubah menyenangkan saat Anda menjalaninya dengan ikhlas. Jadikan kegiatan ini sebagai bagian dari cara Anda untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Sedangkan bagi Anda yang merasa cukup kewalahan, berikut beberapa cara menahan lapar saat puasa yang mesti diketahui Penuhi kebutuhan air putih harian Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memenuhi kebutuhan air putih. Cara ini menjadi paling sederhana dan sehat, sebab air mampu membantu tubuh untuk tetap fokus. Selain itu, kenyataan yang sering terjadi tubuh akan lebih merasa haus daripada lapar. Oleh sebab itu, Anda harus menyiapkan diri untuk mengonsumsi air putih sesuai anjuran. Biasanya, setiap orang mempunyai perhitungan kebutuhan air berbeda-beda. Mereka sering menyeimbangkan konsumsi air putih dengan berat badan yang dimiliki. Nah, berhubung selama puasa Anda tidak diperkenankan minum air putih. Metode mudah yang dapat dilakukan adalah minum air putih secara perjalan. Misalnya saja, 2 gelas air putih setelah berbuka. 4 gelas selesai sholat tarawih, dan 2 gelas setelah sahur. Jika Anda merasa masih sanggup untuk mengonsumsi lebih banyak, maka akan semakin baik. Pada intinya, Anda harus menyesuaikan dengan ketahan tubuh. Jangan sampai memaksakan minum banyak, ketika tubuh Anda sudah tidak dapat melakukannya. Menyibukan Diri Cara menahan lapar saat puasa yang selanjutnya adalah menyibukan diri. Percaya atau tidak, ketika Anda menghabiskan waktu puasa hanya dengan bermalas-malasan. Waktu seakan berjalan sangat lambat. Penantian Anda menuju waktu berbuka akan semakin lama, sebab sesuatu yang dinantikan terkesan lebih lama. Berbeda halnya dengan menyempurnakan puasa dengan melakukan berbagai aktivitas. Bukan berarti Anda harus menjalankan kegiatan berat untuk mengisi waktu. Tetapi lakukan aktivitas seperti biasa, Anda bisa berangkat kerja tepat waktu, ataupun belajar banyak hal di saat berpuasa. Sedangkan kebanyakan ibu rumah tangga akan menghabiskan waktu dengan aktivitas lainnya. Mulai dari berkebun di pagi hari, tidur siang, hingga mencoba membuat kue kering untuk lebaran. Kesibukan seperti ini akan sangat membantu Anda menghilangkan rasa lapar saat berpuasa. Melakukan Hobi Pada dasarnya cara menahan lapar saat puasa yang satu ini sangat mudah untuk dilakukan, cara ini hampir sama dengan poin kedua. Tetapi disini, Anda lebih dianjurkan untuk melakukan hobi yang disukai. Bagi Anda yang senang berkebun, silakan tetap menjalankan hobi tersebut disaat puasa. Meskipun akan sedikit berbeda, tetapi Anda bakal merasa berkebun disaat puasa sangat menyenangkan. Selain mampu menghilangkan rasa lapar, aktivitas ini membuat Anda lebih segar secara fisik. Secara bersamaan, Anda akan mendapatkan manfaat dua kali lipat. Pertama, puasa membuat tubuh lebih sehat. Kedua, aktivitas berkebun membantu Anda menjaga kesehatan mental secara keseluruhan. Bukankah langkah ini cukup mudah untuk Anda lakukan? Mengakhiri Sahur Langkah mudah yang juga sering dilakukan oleh umat muslim dalam menjalankan puasa adalah mengakhiri sahur. Selain metode ini cukup ampuh untuk meningkatkan energi saat puasa, sahur di akhir waktu juga membantu Anda untuk memenuhi sunnah nabi. Dari sekian banyak cara menahan lapar saat puasa, tips tersebut dianggap lebih mudah. Untuk memaksimalkan puasa, tidak ada salahnya untuk Anda mengonsumsi suplemen menyehatkan. Biasanya, madu asli menjadi pilihan yang paling banyak digunakan guna meningkatkan sistem imun tubuh selama berpuasa. Konsumsi Buah dan Sayur Seperti yang sudah diketahui, sayur dan buah adalah sumber nutrisi yang kaya akan air dan serat. Dua hal ini sangat baik untuk sistem pencernaan, sehingga tidak salah jika Anda menggunakannya sebagai upaya penyimpanan energi saat berpuasa. Beberapa sumber menjelaskan, bahwa makan buah dan sayur segar setelah bermuka puasa dan menu sahur akan sangat membantu Anda untuk menjalankan puasa seharian. Manfaat lainnya, buah dan sahur menjadi aspek penting bagi tubuh untuk melakukan pembersihan usus, pengeluaran racun dalam badan, sampai dengan memperbaiki sistem pencernaan. Baca Juga Tips Berpuasa saat Bekerja Agar Tetap Kuat Walau Pekerjaan Berat Kurangi Konsumsi Makan Pedas dan Asin Makanan pedas dan asin selalu sukses mengundang selera makan. Keduanya menjadi sangat serasi bagi Anda yang senang dengan olahan makanan penuh rempah. Tetapi disaat berpuasa, mulailah untuk mengurangi konsumsi makanan tersebut. Pasalnya, pedas dan asin menyerap lebih banyak air dalam tubuh. Secara otomatis, tubuh lebih mudah haus sekaligus lapar. Sebagai gantinya, Anda dapat mengonsumsi makanan manis sebagai cara menahan lapar saat puasa. Jika Anda masih berpikir mengubah kebiasaan itu sulit, maka tidak ada jalan lain selain memaksa diri untuk melakukannya. Apalagi perubahan ini berkaitan dengan puasa yang dipercaya salah satu jalan untuk mengenal Tuhan. Tidur Siang Tidur menjadi cara menahan lapar saat puasa yang paling sering dilakukan. Metode ini sebenarnya sangat baik, apalagi dilakukan dengan porsi dan waktu yang tepat. Manfaat tidur siang akan berubah, ketika Anda tidak mengaturnya dengan tepat. Pasalnya, terlalu banyak tidur saat puasa juga tidak bagus, sehingga Anda diharuskan untuk membuat jadwal terkait hal tersebut. Sedangkan bagi Anda yang merasa sudah melakukannya sesuai aturan, Anda bakal merasa bahwa tidur siang adalah bagian termudah untuk melupakan rasa lapar dan haus. Selain itu, tidur siang menjadi metode yang sering digunakan dalam menjaga kesehatan tubuh. Di negara-negara maju, tidur siang kerap dilakukan sebagai metode menstabilkan tingkat stres. Konsumsi Nasi Putih Berhubung puasa lebih menekankan diri untuk tidak minum dan makan, maka sudah bisa dipastikan lapar serta haus menjadi tantangan utama yang harus diatasi. Bagi orang Asia, termasuk Indonesia langkah mudah untuk mengatasi hal tersebut adalah mengonsumsi nasi. Cara menahan lapar saat puasa ini, bukan berarti mengharuskan Anda untuk makan nasi dua kali lipat lebih banyak. Tetapi lebih fokus pada pengaturan porsi makan. Misalnya saja, setelah mengonsumsi makanan manis saat berbuka puasa. Anda dapat melanjutkannya dengan makan nasi setelah sholat maghrib. Begitu pula dengan sahur, sebaiknya memilih nasi daripada roti ataupun jenis karbohidrat lain. Bagi Anda yang merasa masih kuat, tidak ada salahnya untuk menambah sumber energi dengan konsumsi makanan manis. Pasalnya, gula memberikan energi tambahan dalam tubuh saat berpuasa. Nah, dari sekian banyak jenis makanan manis. Kurma menjadi favorit umat muslim selama Bulan Ramadhan.
Memasuki bulan Ramadan, adalah sesuatu yang bermakna dan berharga bagi seluruh umat Islam. Baik yang berada di utara ataupun di selatan, sebelah timur mahupun di sebelah barat, seluruh umat Islam pasti akan melahirkan rasa gembira, syukur dan seronok dengan kedatangan bulan yang penuh kemuliaan ini. Satu sudut yang lain, barangkali ada juga sebahagian besar sahabat handai, rakan taulan ataupun jiran tetangga yang bukan beragama Islam pasti tertanya-tanya dan kehairanan melihat keghairahan orang Islam menyambut puasa walhal ibadah puasa, dilarang sama sekali daripada perbuatan makan dan minum di siang hari. Mungkin juga timbul persoalan apakah Tuhan itu kejam sehingga perlu menyekat orang Islam daripada makan dan minum. Terlebih dahulu kita harus ketahui bahawa ibadah puasa bukanlah perkara baharu dalam kehidupan. Sama ada orang itu Islam ataupun tidak, ia bukanlah ibadah baru dalam kehidupan beragama. Sebelum ini, mereka yang mendahului kita juga pernah berpuasa menahan lapar dan dahaga. Bahkan dalam beberapa ajaran agama lain seperti Hindu, Buddha, Kristian, terkandung dalamnya perintah berpuasa. Hal ini seperti yang disebut oleh Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 183 yang bermaksud “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan ke atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” Berdasarkan ayat ini, jelas menceritakan kepada kita bahawa ibadah puasa bukanlah suatu yang baharu bahkan telah menjadi amalan dan ibadah orang dahulu lagi. Maka, tidak hairanlah jika selain Islam, terdapat juga agama-agama lain yang mensyariatkan puasa mengikut aturan agama masing-masing. Apabila ditanya, apakah yang membuatkan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga di siang hari, sedangkan makan dan minum itu satu keperluan untuk hidup? Jawapan pertamanya adalah kerana keimanan dan ketakwaan yang menjadikan orang Islam kuat dan mampu menahan lapar dan dahaga. Bagi orang Islam, ibadah puasa bukanlah kerana semata-mata untuk menahan diri daripada makan dan minum di siang hari, sebaliknya ia lambang ketaatan orang Islam mematuhi arahan Tuhan yang lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Untuk itu, apa sahaja titah perintah Allah Azzawajalla, orang Islam taat dan patuh akannya kerana keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan yang Maha Pencipta. Sekiranya berpuasa hanya sekadar menahan makan dan minum, semua orang boleh melakukannya, tetapi bezanya, keimanan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah SWT. Maka apa sahaja tawaran dan ganjaran pahala yang telah dijanjikan oleh Allah pada bulan Ramadan, orang Islam akan menuruti jalan tersebut dengan berpuasa bersungguh-sungguh dan penuh beriman. Sepertimana yang disebutkan oleh baginda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Sesiapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala ihtisaba, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Menurut Imam al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani, maksud keimanan di situ ialah keyakinan dirinya akan soal syariat kewajiban berpuasa padanya dan ihtisaba’ bermaksud meminta pahala daripada Allah Azzawajalla. Sementara itu, Imam Khattabi pula berpandangan ihtisab’ itu adalah azimah, iaitu dia berpuasa dengan berharap pahalanya dengan memperhatikan kebaikan bagi dirinya tanpa memberatkan pada puasanya dan tidak pula memanjangkan hari-harinya. Pada bulan Ramadan, tidaklah sekadar untuk orang Islam menahan lapar dan dahaga di siang hari semata-mata, sebaliknya Ramadan dimuliakan oleh Allah SWT kerana pada bulan inilah diturunkan al-Quran yang berisi panduan kehidupan untuk seluruh makhluk yang bergelar insan. Hal ini seperti firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat 185 yang bermaksud “Bulan Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbezaan antara yang benar dan yang salah…” Ramadan juga adalah bulan untuk melatih manusia menjadi hamba yang lebih bertakwa kepada-Nya dengan memperbanyakkan amalan soleh menurut panduan wahyu al-Quran dan Sunnah serta mengikhlaskan diri kerana Allah. Barangkali di luar bulan Ramadan, sering kali kita bercakap dusta, berbicara hal-hal yang tidak elok, maka Ramadan menjadi pusat melatih diri manusia meninggalkan perkara yang sia-sia. Sabda Nabi SAW dalam sebuah hadis riwayat Bukhari yang bermaksud “Sesiapa yang tidak meninggalkan perkataan keji dusta serta mengamalkannya, maka Allah tidak berhajat orang itu meninggalkan makan dan minumnya puasa.” Dalam hadis yang lain, daripada Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda yang bermaksud “Puasa bukanlah hanya menahan diri daripada makan dan minum sahaja, akan tetapi puasa adalah dengan menahan diri daripada perkataan yang melalaikan dan lucah.” Al-Targhib wa al-Tarhib Demikianlah beberapa tujuan sebenar pensyariatan ibadah puasa pada bulan Ramadan yang mungkin dianggap sekadar menahan makan dan minum sahaja. Sebaliknya lebih besar dan lebih utama daripada itu ialah nilai keimanan dan ketakwaan, kepatuhan dan ketaatan diri sebagai hamba-Nya yang telah menciptakan kita. Akhirnya, destinasi ibadah puasa pada bulan Ramadan ini ialah menuju ke arah menjadi hamba-Nya yang lebih bertakwa, tidak sekadar berlapar dan dahaga. Sebuah hadis riwayat Ibnu Majah, sabda Nabi SAW yang bermaksud “Boleh jadi orang yang berpuasa itu tidak mendapat apa-apa daripada puasanya melainkan lapar dan boleh jadi orang yang berqiam itu tidak dapat apa-apa daripada qiamnya melainkan hanya berjaga malam.” Oleh itu, bulan Ramadan bukan semata-mata bulan umat Islam menahan lapar dan dahaga, bahkan sebaliknya menjadi medan bertempur melatih diri menjadi hamba Allah yang lebih bertakwa kepada-Nya. Semoga Allah mengampuni kita semua. Muhammad Faidhi Azis Pegawai Masjid dan Guru Takmir JAIPs
puasa bukan sekedar menahan lapar